Kepengurusan ISMKI wilayah 4 entah kenapa sejak 3 tahun terakhir, yang saya dapatkan dari cerita senior-senior kelemahannya adalah selalu pada komitmen. Akhirnya semua meneriakkan kata "Komitmen" yang pada akhirnya juga tidak berujung pada sebuah perubahan berarti. Dari sekian banyak contoh kasus orang-orang yang terpaksa direshuffle pada kepengurusan sebelumnya, saya berpikir dan menelaah kenapa hal-hal seperti ini bisa terjadi? Dan inilah hasil pemikiran saya yang mungkin nilai subyektivitasnya sangat tinggi:
Jabatan PHW itu tidak memberikan manfaat apapun pada pengurus yang bersangkutan karena di institusinya sendiri PHW tidak dikenal. Jangankan pengurus BEMnya, bahkan mungkin PresBEMnya sendiri tidak mengenal siapa-siapa saja orang yang telah terpilih sebagai PHW. Padahal PHW punya peranan besar sebagai duta ISMKI, penghubung aspirasi institusi pada ISMKI. Karena bisa dibayangkan jika BEM atau pengurus BEM melihat sebuah titik lemah di ISMKI, dan mereka mau mengkritik atau memberikan saran namun tidak tahu harus kepada siapa saran ini disampaikan. Mau bilang ke sekjen, kok kayaknya ketinggian, mau bilang ke sekwil kok nggak begitu akrab, mau bilang ke sekbid bidang terkait kok gak pernah kenal tiba-tiba mengkritik. Maka ke mana kah kritikan ini seharusnya melayang?
Yap, jawabannya adalah PHW di Institusi. Karena selain statusnya adalah kawannya sendiri se-institusi, tapi dia juga mengenal orang-orang yang mengisi kepengurusan ISMKI sehingga kritik dan saran bisa disampaikan dengan strategis untuk membangun ISMKI lebih baik lagi. Dengan begini akan timbul ISMKI yang bisa lebih mendengar aspirasi bottom-up.
Mohon dipahami bahwa, saya tidak sedang membicarakan tentang eksklusivitas seorang PHW di institusi. Namun bagaimana seorang PHW bisa membuat sebuah Cap di dahi mereka yang besar bertuliskan "PHW ISMKI Wilayah 4", sehingga orang-orang paham bahwa ISMKI masih hidup untuk mempersatukan mahasiswa kedokteran se-Indonesia.
2. Tanggungjawab sebagai PHW dinomorduakan
Saya tidak mau naif ya, orang-orang yang mengisi keengurusan ISMKI adalah orang-orang yang kompeten, dan tentunya orang-orang yang kompeten ini adalah permata yan sangat berharga di Institusi. Wajar jika dia masih mengabdi dengan sepenuh hati di institusinya. Tapi..
Masalahnya adalah entah kenapa hal ini membuat tanggung jawab sebagai seorang PHW dinomorduakan.
Saat dihubungi
"apa proker ini sudah difollow-up?",
jawabannya adalah
"mohon maaf, saya sedang sibuk ujian, rapat kepanitiaan, karena sekarang bloknya sedang sulit, dan saya jadi ketua panitia, bla bla bla".
Oke saya sih terima saja dengan argumen itu. Tapi masa begitu ditelpon 3 MINGGU KEMUDIAN, jawabannya masih "mohon maaf, saya sedang sibuk ujian, rapat kepanitiaan, karena sekarang bloknya sedang sulit, dan saya jadi ketua panitia, bla bla bla"
Ujian apa ya yang 3 minggu ga selesai-selesai? Apa ga sampe berbusa tuh rapat 3 minggu ga selesai-selesai? Sebesar itu kah niatan mereka untuk mengabdi ke Institusi hingga mereka rapat 3 minggu ditabrak non-stop dan membuat mereka ga pulang, ga mandi dan ga ketemu orang tua?
Untung di contoh kasus itu masih bales smsnya, yang lebih banyak lagi contoh kasusnya adalah malah ga bales sms sama sekali.. (-_-") Padahal jika mau disadari, PHW itu tanggungjawabnya sangat besar, karena yang diperjuangkan bukanlah kawan-kawan yang saat ini sedang mengikuti kuliah di sebelah bahu anda, namun juga memperjuangkan kawan-kawan yang lainnya, yang jaraknya terpisahkan laut, yang menginginkan sebuah perubahan, yang menunggu kontribusi maksimal kita sebagai seorang PHW.
Saya sendiri juga heran, kenapa hal ini bisa terjadi di mana amanah di institusi selalu menang dibandingkan manah sebagai PHW? Apakah karena hukuman sosial lalai di institusi bersifat langsung, sedangkan kerja di wilayah tidak ada keterikatannya sama sekali?
3. PHW yang tak ingin disakiti lagi (Hahahaha, kayak judul sinetron)
Sebagai seorang PHW tentunya akan berhubungan dengan banyak orang, meliputi:
- PHN
- Pengurus BEM
- PHW yang lainnya
- Dll
Dan adanya 1 kali sakit hati di salah satu komponen tersebut membuat generalisasi yang buruk bagi hubungan kerja ini. Misalnya nih ya,
a. Ada PHW menghubungi PHN, dan PHNnya mungkin krn baru diputus pacarnya akhirnya dengan ketus menjawab, "Saya sudah serahkan ke sekbidmu minggu lalu", karena kebetulan PHW yang bersangkutan juga baru patah hati, akhirnya dalam kondisi sentimen dia merasa ternyata PHN ini sebegitu tinggi derajatnya sehingga hanya ingin berhubungan dengan sekbidnya saja, padahal PJ proker ini kan saya.. *Sakit Hati*
b. PHW sedang memfollow up pengurus BEM institusi terkait dengan perkembangan proker nasional-wilayahnya. Tapi tidak dibalas oleh pengurus BEM tsb, karena pulsanya habis, baterenya sudah kedip-kedip, sinyalnya hilang, dan hapenya kecantol Kereta Mata Remaja, diambil sama paspampres. (Jika kondisi ini betul-betul terjadi sesungguhnya saya sangat berduka cita bagi pengurus BEM tersebut, saya pun dalam kondisi yang sama tidak akan bisa berbuat apa-apa). Karena sulit dihubungi, akhirnya timbul generalisasi bahwa pengurus BEM X tidak bisa dihubungi sama sekali.*sakit hati lagi*
Padahal PresBEMnya saat itu lagi nganggur, menunggu, sambil mikir "Ada nggak ya PHW yang bakal sms aku?" Hahaha~
c. Ada Sekbid yang dihubungi oleh PHW lintas bidang (di wilayah dan kepengurusan yang sama neeh) untuk saling menanyakan bagaimana perkembangan sebuah proker yang merupakan proker bersama. Karena sekbidnya merasa sudah memfollowup ke sekbid lainnya merasa aneh, dalam hati "ngapain nih PHW tanya-tanya ke aku, tanya sekbidmu sono!". Dan komunikasi yang didasari dengan kesu'udzonan (prasangka buruk) tentunya tidak akan mengasilkan sesuatu yang baik. *lagi-lagi sakit hati*
Mungkin kita bisa tidak percaya akan hal-hal di atas. Mungkin hal-hal di atas sangat aneh. Bahkan mungkin bbrp orang berpendapat hal-hal di atas ini mana mungkin terjadi di tataran Pengurus Harian Wilayah 4.
TRUST ME, IT HAPPENED.. (Bukan "Trust Me, It Works" ya..)
Aneh sekali kan ini bisa terjadi? Hahahaahha~ Saya sendiri aja heran, ini mahasiswa fakultas kedokteran yang organisatoris dan aktivis kok bisa terlibat dengan hal-hal yang dihasilkan oleh sesuatu yang sangat kecil dan remeh.
4. PHW yang So Lonely
Tipe-tipe PHW yang sudah meregang nyawa ini kalo saya bilang. Tipe-tipe PHW yang seperti inilah yang tetap bertahan agar semua amanah yang dibebankan Institusi pada ISMKI bisa berjalan dengan baik. Seorang PHW yang sudah ditinggalkan oleh rekan-rekan PHWnya. Seorang PHW yang sudah melahap berbagai tanggung jawab yang seharusnya dipikul oleh rekan-rekannya yang hilang karena penyebab 1, 2, 3 di atas.
Seorang PHW yang menitikkan darahnya untuk orang lain,
dan tidak mau orang lain melihatnya..
Pada akhirnya hanya meninggalkan 1 tanya,
"sampai kapan darah itu terus menetes?"
Dan saat darah itu berhenti menetes,
maka di saat itulah ISMKI kehilangan arah geraknya..
*sok puitis* *tabok erlangga*
5. Dan Masih banyak lagi..
- PHW yang menemukan jati dirinya di organisasi lain
- PHW yang fokus ke akademik
- PHW yang geje, males aja jadi PHW
- PHW yang baru sadar klo dia PHW di tengah2 kepengurusan (#Lho?)
Mungkin masih banyak cerita dibalik cerita ini, dan mungkin hal ini tidak terjadi di kalangan PHW 4 saja. Mungkin juga terjadi di wilayah 1, 2, 3 atau bahkan nasional. Oleh karena itu, mari berhenti merenung.
Mari kita berkoordinasi,
Menjalankan sebuah aksi,
Dan melahirkan sebuah solusi!!
Menurut saya, mahasiswa selain harus mempunyai hati lembut, juga harus memiliki Tangan Besi. Nilai pertama yang kita junjung adalah kekeluargaan, dan yang kedua adalah Profesionalisme. Selama ini kita sudah memperjuangkan perwujudan nilai yang pertama, dan karena sampai saat ini penjunjungan 1 nilai itu masih dirasa gagal sudah saatnya kita mulai melangkah untuk mewujudkan nilai yang kedua yaitu Profesionalisme!
Saya yakin klo saya tanyakan, "Para presBEM mau nggak klo PHW di ISMKI wilayah 4 bisa kerja maksimal?"
Jawabannya pasti mau..
klo saya tanyakan, "Para Sekbid mau nggak klo PHW di ISMKI wilayah 4 bisa kerja maksimal?"
Jawabannya juga pasti mau..
KONKRET AJA ER!!
Oke, saya akan KONKRET!!
Seluruh PHW 4 jika ingin dilantik menjadi seorang PHW di muskerwil XI besok dengan tuan rumah FK UMM, harus sudah membuat nota kesepakatan yang juga tercakup di dalamnya tandatangan PresBEM institusi asalnya. Nota kesepakatan itu harus berisikan tentang komitmen PHW terkait serta PresBEM dalam menjaga kinerja yang baik di ISMKI wilayah 4. Tentunya dengan menjunjung nilai Profesionalisme, harus juga disertakan bahwa kedua belah pihak siap menerima sanksi jika terjadi pelanggaran dari nota kesepakatan tersebut. Sanksi tidak akan dilayangkan dalam bentuk fisik (denda) namun akan lebih mengarah pada sanksi moral.
Apa yang dimaksud dengan sanksi moral?
SETIAP PHW yang telah berkomitmen untuk berkontribusi di ISMKI, juga bersamaan dengan itu MEMBAWA NAMA BAIK INSTITUSINYA.
JIKA NOTA KESEPAKATAN DILANGGAR KARENA PHW MANGKIR, MAKA YANG HARUS DIPERTANYAKAN ADALAH,
"BAGAIMANA NAMA BAIK INSTITUSI YANG DIA BAWA?"
Sanksi yang dilayangkan adalah sesuatu yang sangat simpel, yaitu Nota Kesepakatan yang telah disetujui dan juga pelanggarannya akan DIPUBLIKASIKAN, sebagai pelajaran bagi yang lainnya untuk TIDAK MEMPERMAINKAN AMANAH SERTA NAMA BAIK INSTITUSI YANG DIA EMBAN SELAMA MENJADI PHW..
Jika tidak bisa berkomitmen lewat nota kesepakatan ini, sebelum dilantik menjadi PHW lebih baik mundur saja! Saya yakin, masih banyak orang yang mnginginkan untuk berkontribusi di ISMKI wiayah 4. Karena hanya komitmen yang menjadi tali penyambung terakhir kita saat kita bekerja di ISMKI.
Hal ini adalah sebuah inovasi yang pantas untuk diperjuangkan karena idealnya:
(dikutip dari ornamen dinding di monumen Jalasveva yang saya temukan saat Joy Visiting di Muswil ISMKI wil 4 kmrn)
Komitmen! Agresif!! Militan!!!
ISMKI Wilayah 4
TANGGAP REQUEST!!!
Lagi-lagi pada tahun kepengurusan ini kami teriakkan kata "KOMITMEN",
Dan cukup sudah jika "KOMITMEN" hanya berhenti di teriakannya saja.
Sudah waktunya lingkaran setan yang selalu terjadi berulang ini diputuskan!!!
FAQS (Frequently Asked Questions):
Metode ini sudah saya implementasikan pada kawan-kawan alumni lkmm wilayah tahun 2011, karena selama ini di setia acara LKMM selalu ada kelengkapan administrasi berupa Nota Kesepakatan PresBEM, namun sepertinya tidak pernah dilakukan tindakan yg benar-benar menggunakan Nota kesepakatan tsb dgn baik. Alhamdulillah, menghasilkan sesuatu yang memuaskan dalam kegiatan Follow-up LKMM dan juga magang.
2. Metode ini terlalu forntal dan bisa menyebabkan sakit hati beberapa pihak terkait, Apakah tidak apa-apa?
Dengan adanya kondisi PHW yang meregang nyawa, proker ISMKI yang tak kunjung beres, dan keluhan yang sama dari tahun ke tahun berasal dari institusi, Apakah hal ini juga tidak apa-apa? Sudah waktunya kita berubah untuk mendewasakan organisasi ini agar tidak hanya kekeluargaan saja yang membangunnya namun juga professionalitas. Sehingga menurut saya jika memang menginginkan perubahan, mari kita jawab pertanyaan di atas dengan jawaban "Tidak Apa-apa"
Klo nggak frontal, trus maunya apa dong.. Occipital? Parietal? Temporal?
3. Bagaimana dengan PHW yang kompeten namun tidak sanggup berkomitmen dengan membuat sebuah nota kesepakatan?
OUT!! Banyak orang-orang kompeten yang mau berkomitmen pada ISMKI demi mewujudkan mahasiswa kedokteran yang lebih baik kedepannya. Jangan sampai orang-orang dengan komitmen lemah dan sok kompeten ini menduduki posisi yang bisa diisi oleh orang-orang yang lebih baik dari mereka.
4. Apa hasil nyata dan langkah nyata setelah dibuatnya nota kesepakatan tersebut?
Saat seorang PHW dirasa mulai menghilang dan tidak bekerja secara efektif, awalnya akan diingatkan seperti biasa. Jika masih belum berubah, diingatkan lewat presbemnya. Jika masih tidak digubris, baru diingatkan dengan mengungkit nota kesepakatan tersebut dan mengingatkan kembali tentang sebuah hukuman moral yang akan diterima jika kondisi ini terus berlanjut. Jika masih belum sembuh juga, maka... (Naudzubillah)
PHW akan direshuffle, dan Nama Baik institusi tempat PHW tersebut dinaungi akan kami pertanyakan lewat Group-group FB ISMKI, web, blog, dll sebagai bentuk hukuman moral bagi Institusi yang sudah melanggar nota kesepakatan ini.
5. Jika tidak disetujui oleh para presBEM di wilayah 4, apa yang akan anda lakukan?
Saya terima keputusan tersebut dengan lapang dada dan menjalankan sebuah sistem PHW yang klasik dan terus berdoa semoga suatu saat rantai tersebut bisa diputuskan. Di akhir kepengurusan jika terjadi hal yang tidak diinginkan seperti kondisi 1,2,3,4 di atas, maka akan saya masukkan ke LPJ sebagai catatan khusus untuk direkomendasikan agar dilaksanakan pada kepengurusan mendatang.
Sekian dari saya, Mohon maaf jika bahasa ada yang sedikit offensive. Tidak dimaksudkan untuk menyinggung pihak-pihak terkait, namun untuk memberikan penyadaran akan perubahan yang lebih baik.
Dan tanggapan anda sangat kami nantikan..
NB:
Untuk bunyi nota kesepakatan masih diolah kata2nya agar tidak menimbulkan ambigu, jadi sementara ini yang saya sampaikan adalah intinya saja, bukan detailnya..