Postingan ini agak serius..
Siapa sih mahasiswa?
Mahasiswa itu anak SMA yang baru beranjak gede dan sudah mau disuruh menata dirinya sendiri.
Mahasiswa itu sama aja kayak siswa tapi ada embel-embelnya maha, ga jauh beda dari Maha go. #kartun itu!
Mahasiswa itu idealis yang bisa bertahan karena masih disupport secara ekonomi oleh keluarganya.
Mahasiswa itu anak kost sebelah rumah yang jarang mandi.
Alhamdulillah, saya mendapatkan esensinya justru dari kedua orang tua saya maupun dengan mencari sendiri, oleh karena itu mungkin saya akan coba share di sini.
Selalu dibilang iron stock, agent of change, dan lain-lain. Ah, jujur aja saya bosen denger kata-kata itu.
Mungkin itu adalah istilah-istilah yang benar, tapi sudah nggak dijiwai lagi sama orang-orang.
Kebanyakan cuma sekedar jadi pembuka dalam mengisi materi yang bersifat kastrat atau yang lain lah.
Hingga saya masuk di kepengurusan ISMKI pun masih saja banyak kesalahpahaman dan kepragmatisan orang-orang di dalamnya.
Setelah sekian kali saya mengikuti Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa,
baik tingkat lokal yang tidak hanya saya lihat di UB saja, tapi di beberapa institusi lain,
Tingkat wilayah Indonesia Timur maupun tingkat Nasional, kebanyakan masih berkutik tentang permasalahan soft skill saja.
LKMM lokal terutama itu kebanyakan ingin merangsang daya tarik mahasiswa dalam berorganisasi, Untuk apa?
Dalam hal ini akhirnya ada tawaran-tawaran tentang menambah pengalaman, menambah jejaring, melatih soft skill,
bahkan saya juga berani bilang frase "Untuk berkontribusi" pun merupakan sebuah imbalan dari ikut organisasi.
Karena begini saja mudahnya, jika memang organisasi bisa memberikan hal-hal di atas,
bagaimana jika tidak berorganisasi?
Apakah menambah pengalaman itu harus ikut organisasi?
Apakah menambah jejaring harus ikut organisasi?
Apakah melatih soft skill itu harus ikut organisasi?
Bahkan apakah hanya dengan ikut organisasi saja maka barulah bisa berkontribusi?
Mayoritas mahasiswa akan menjawab "Tidak"..
Ternyata tawaran-tawaran di atas masih bisa didapatkan di tempat lain..
Jujur saya nggak tau jawaban di atas benar apa salah,
tapi ada satu hal yang ingin saya garis bawahi.
Ada sebuah gambaran besar yang hilang dari diri mahasiswa saat ini.
Mau yang aktif di BEM, senat, yang tidak aktif, yang aktif di UKM, semua kehilangan sebuah gambaran besar akan dirinya sebagai mahasiswa.
Kehilangan ini bersifat kronis karena jarang ada yang mengajarkan pada mereka dengan benar.
Saya sudah ikut beberapa LKMM lokal, wilayah, maupun nasional pun di ISMKI ternyata masih belum bisa mengajarkan mahasiswa tentang ini.
Nggak heran banyak mahasiswa sudah kehilangan motif yang baik dalam berorganisasi.
Kalo kita hidup ini kan sebetulnya harus mencari hakekat dalam diri kita sendiri ya.
Hakekat itu kalo diibaratkan kelapa, maka hakekat adalah Santannya.
Santan itu adalah hal yang esensial dan sangat dalam dari kelapa itu yaitu sari kelapanya sendiri.
Ini yang kurang dipahami sebagai mahasiswa.
Ada yang demo, ada yang membahas undang-undang, ada yang membahas tentang kondisi kesehatan, ada yang membahas tentang hukum, kebijakan pemerintah, bahkan ada yang membahas soal politik negara indonesia.
Sekarang saya tanya lagi deh,
Itu mahasiswa bahas undang-undang dari sekarang apa nantinya bakal jadi anggota DPR ato penggerak LSM?
Itu bahas kondisi kesehatan apa mau masuk di kementrian kesehatan?
Itu mau bahas hukum apa mau masuk ke departemen di pemerintah?
Itu bahas politik apa mau jadi politikus?
Untuk yang kali ini akan saya jawab sendiri,
bagi saya jawabannya "Tidak".
Kenapa?
Karena saya mau jadi dokter..
Tapi anehnya saya ikut membahas undang-undang, saya bahas kondisi kesehatan, hukum, politik, kebijakan negara, dan lain-lain,
Saya ikut membahas semua itu.
Kenapa?
Jawabannya sebetulnya sederhana.
Bukan karena saya mau jadi dokter yang anggota DPR/MPR, bukan mau jadi politikus, bukan mau masuk departemen kesehatan.
Saya melakukan semua itu karena saya nantinya saat sudah menjadi dokter dan terjun ke masyarakat, saya harus jadi masyarakat yang cerdas.
Masyarakat yang sadar akan hukum, masyarakat yang sadar tentang permasalahan bangsanya, masyarakat yang keputusan politiknya adalah keputusan-keputusan yang cerdas.
Sama juga dengan mahasiswa lain seperti pertanian, perikanan, ekonomi, ilmu administrasi.
Nggak semuanya mau jadi politikus, petinggi departemen, anggota DPR ataupun penggerak LSM.
Mayoritas pasti menekuni bidangnya masing-masing.
Tapi sekali lagi ini bukan masalah menjadikannya sebuah profesi, ataupun fokus pekerjaan di masa depan.
Ini adalah kewajiban bela negara dari setiap masyarakat yang ada di Indonesia yang memiliki hak berkumpul, berserikat dan mengeluarkan pendapat secara tertulis maupun tidak seperti yang telah di atur dalam UUD 45.
Jika kita bicara di dunia kedokteran, five star dokter termasuk salah satunya adalah community leader, desicion maker, dan communicator, tidak lagi hanya sekedar care provider.
Nggak heran kalo misal-misalnya ada masalah sengketa tanah di kampung, tanya solusinya ke dokter.
Nggak heran kalo ada pemilihan ketua desa ada orang yang tanya-tanya pendapat dokternya.
Lebih parahnya lagi nggak heran kalo sampe ada pasien yang saking fanatiknya, dia dateng ke dokternya dan tanya "Pak dokter pemilu besok milih siapa?"
Melihat kondisi kepribumian bangsa kita, hal-hal di atas bukanlah hal yang mustahil.
Jika seorang dokter tidak tau tentang permasalahan politik, hukum, masalah kebangsaan, dll, maka apa yang akan terjadi?
Sebuah kondisi masyarakat ideal yang intelek dan mandiri tidak akan pernah tercapai.
Suara-suara dalam pemilu masih bisa dibeli dengan 15ribu per suara bahkan kurang.
Menyebabkan politik uang semakin merajalela, dan tidak ada motif murni seseorang dalam mengisi masa jabatannya selain untuk mencari balik modal dari apa yang telah dia korbankan selama masa pencalonan.
Bukankah itu yang terjadi saat ini..?
Mungkin untuk pembahasan masalah-masalah di atas akan banyak dibahas di BEM, namun bagaimana dengan UKM?
Anda tentunya pernah dengar UKM Mapala (Mahasiswa Pencinta Alam), atau mungkin saat diadopsi oleh mahasiswa kedokteran karena sesuai bidangnya akhirnya beralih nama menjadi TBM (Tim Bantuan Medis).
Saya memperhatikan saat diklat selalu ada diklat yang dilakukan di alam bebas. Di gunung kah, di hutan kah, di manapun lah yg penting alam bebas.
Yang ingin saya tanyakan pada mereka,
1. Apakah mereka tau siapa pendiri Mapala?
Jawabannya adalah Soe Hok Gie yang mendirikan Mapala di UI.
2. Apakah mereka tau kenapa dulu Mapala dibentuk?
Alasan Soe Hok Gie sederhana, seperti yang ia jelaskan pada pengusaha-pengusaha yang akan memberikan sponsor dalam pendakian gunungnya.
Bahwa dia naik gunung bukan karena keinginan atau pembuktian semata. Soe hok gie ingin mencintai Indonesia dimulai dari alamnya.
Dengan melihat keindahan alam Indonesia yang tentunya tidak bisa setiap hari dinikmati oleh mayoritas masyarakat akan timbul sebuah kecintaan yang luar biasa pada negara ini.
Dia yakin tidak ada yang akan rela melihat bumi Indonesia dijajah oleh bangsa lain secara halus maupun frontal, jika mereka telah melihat keindahan apa yang tersembunyi di dalam negeri ini.
Oleh karena itu lah Soe hok gie naik gunung, agar dia bisa mengajarkan rasa cinta yang dimilikinya pada orang lain. Dan begitu pula alasannya mendirikan Mapala di UI yang akhirnya bisa tersebar di seluruh kampus di Indonesia.
Soe Hok Gie meninggal di umur 27 tahun saat mendaki Gunung Semeru. Bagi yang mau mendaki ke sana, anda pasti menemukan daftar nama korban dalam pendakian semeru di mana tertuliskan nama Soe Hok Gie di sana.
Sekarang bagi anak-anak kedokteran, apakah masih tersisa p[emahaman akan hakekat yang seperti itu?
Seharusnya tidak peduli aktif di manapun, BEM, UKM, atau di tempat lain inilah sebuah hakekat yang harus kita pahami bersama.
Oleh karena itulah, bukan dimulai saat nanti sudah lulus, namun saat inilah seorang mahasiswa harus membuka matanya lebar-lebar untuk peduli terhadap masalah bangsa.
Mereka harus mengasah diri mereka untuk menjadi seseorang yang siap untuk terjun ke masyarakat nantinya.
Menjadi seseorang dengan wawasan kebangsaan yang tinggi, demi tanah air yang dicintainya.
Jika yang dikatakan tentang iron stock, agent of change, dll itu berkutat pada permasalahan ini,
baru saya sangat setuju itu yang disebut pencerdasan bagi mahasiswa.
Jangan sampai kata-kata itu hanya dijelaskan sebagai pembuka sebuah materi, tapi harus dijelaskan pula esensinya.
Jadi sekali lagi saya tanyakan, kenapa ikut berorganisasi?
Bagi saya jawabannya adalah untuk berlatih untuk memenuhi kewajiban saya sebagai masyarakat pada negara ini nanti..